Senin, 01 Februari 2016

Mimisan atau Epistaksis



Defenisi Epistaksis

    Menurut Kamus Kedokteran Dorland, Epistaksis adalah perdarahan dari dalam hidung, mimisan; disebut juga nosebleed dan nasal hemorrhage.
    Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau nasofaring dan mencemaskan penderita serta para klinisi. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana hampir 90 % dapat berhenti sendiri.
    Dan Perlu diketahui bahwa epistaksis bukanlah suatu penyakit namun merupakan gejala atau tanda pada penyakit dan diperlukan pemeriksaaan penunjang untuk penetapan diagnosis.
    Epistaksis bagi kebanyakan orang adalah hal yang menakutkan dan memang merupakan salah satu kondisi gawat darurat dalam bidang THT
    Penaganannyapun akan tergantung pada seberapa parah perdarahan yang terjadi dan dimana lokasi perdarahan serta penyakit yang mendasarinya jika memang ada

Penyebab Epistaksis

    Penyebab epistaksis dapat berupa penyebab lokal maupun sistemik. Penyebab lokal termasuk epistaksis idiopatik, trauma, inflamasi, neoplasia, vaskular, iatrogenik, kelainan struktural, dan obat-obatan seperti semprot hidung. Penyebab sistemik berupa kelainan hematologi, lingkungan (temperatur, kelembaban dan ketinggian), obat-obatan (contoh antikoagulan), gagal organ (uremia dan gagal hati), serta penyebab lain misalnya hipertensi.Sandoval dkk. yang meneliti 178 anak dengan epistaksis berulang mendapati bahwa sepertiga di antaranya didiagnosis koagulopati, dan penyakit Von Willebrand yang ditemukan pada 33 pasien.
    Epistaksis dapat terjadi setelah trauma ringan misalnya mengeluarkan ingus dengan kuat, bersin, mengorek hidung atau akibat trauma yang hebat seperti kecelakaan lalulintas. Disamping itu juga dapat desebabkan oleh iritasi gas yang merangsang, benda asing dan trauma pada pembedahan. Infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rinitis, sinusitis serta granuloma spesifik seperti lupus, sifilis dan lepra dapat juga menimbulkan epistaksis. Epistaksis berat dapat terjadi pada tumor seperti hemangioma, karsinoma dan angiofibroma. Tiwari (2005) melaporkan melanoma pada hidung sebagai penyebab pistaksis yang tidak biasa.Hipertensi dan kelainan pembuluh darah seperti yang dijumpai pada arterioskelerosis sering menyebabkan epistaksis hebat, sering kambuh dan prognosisnya tidak baik. Gangguan endokrin pada wanita hamil dan menopause,kelainan darah pada hemofilia dan leukemia serta infeksi sistemik pada demam berdarah, tifoid dan morbili sering juga menyebabkan epistaksis. Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis adalah Rendu-Osler-Weber disease.

Penyebab Lokal

  • Trauma, misalnya mengorek hidung, terjatuh, terpukul, benda asing di hidung, trauma pembedahan, atau iritasi gas yang merangsang
  • Infeksi hidung dan sinus paranasal, seperti rinitis, sinusitis; serta granuloma spesifik, seperti lepra dan sifilis
  • Tumor, baik jinak maupun ganas pada hidung, sinus paranasal, dan nasofaring
  • Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak seperti pada penerbangan dan penyelam (Caison disease), atau lingkungan yang udaranya sangat dingin
  • Benda asing dan rinolit, dapat menyebabkan epistaksis yang ringan disertai ingus yang berbau busuk
  • Idiopatik, biasanya merupakan epistaksis yang ringan dan berulang pada anak dan remaja

Penyebab Sistemik

  • Penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi dan kelainan pembuluh darah
  • Kelainan darah seperti trombositopenia, hemofilia, dan leukemia
  • Infeksi sistemik, seperti demam berdarah dengue, influenza, morbili, atau demam tifoid
  • Gangguan endokrin, seperti pada kehamilan, menars, dan menopause
  • Kelainan kongenital, seperti penyakit Osler (hereditary hemorrhage telangiectasia)

Jenis-jenis Epistaksis

    Epistaksis terdiri dari 2 jenis yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior.

Epistaksis Anterior

    Epistaksis anterior biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja dan biasanya ringan dan tidak membahayakan serta dapat berhenti spontan dan mudah diatasi
    Namun demikian jika terjadi berulang dan ditemukan tanda klinis lain seperti demam, adanya bintik-bintik perdarahan di tubuh, pucat, anemis, lebam-lebam pada kulit maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain untuk diagnosis pasti.
    Lokasi perdarahan pada epistaksis antrior berasal dari little areas atau pleksus Kiesselbach (yang banyak terjadi dan sering ditemukan pada anak-anak) atau dari arteri etmoidalis anterior

Epistaksis Posterior

    Epistaksis posterior biasanya dialami orang tua yang merupakan Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi, sebab biasanya perdarahan hebat dan sulit dicari sumber perdarahan dengan rinoskopi anterior
    Sumber perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior
    Epistaksis posterior dapat dijumpai pada pasien denga hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit kardiovaskuler

Pemeriksaan Penunjang

    Untuk menilai keadaan umum dan mencari etiologi, dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap, fungsi hemostasis, uji faal hati dan ginjal. Dilakukan pula pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal dan nasofaring setelah keadaan akut diatasi

Pengobatan Epistaksis

    Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis. (2)
    Pasien yang datang dengan epistaksis diperiksa dalam posisi duduk, sedangkan kalau sudah terlalu lemah dibaringkan dengan meletakkan bantal di belakang punggung, kecuali bila sudah dalam keadaan syok. Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap untuk menyingkirkan bekuan darah. Kemudian diberikan tampon kapas yang telah dibasahi dengan adrenalin 1: 10.000 dan lidokain atau pantokain 2 %. Kapas ini dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa sakit pada saat tindakan selanjutnya. Tampon ini dibiarkan selama 3 - 5 menit. Dengan cara ini dapat ditentukan apakah sumber perdarahan letaknya di bagian anterior atau posterior.
    Pada penanganan epistaksis, yang terutama diperhatikan adalah perkiraan jumlah dan kecepatan perdarahan. Pemeriksaan hematokrit, hemoglobin dan tekanan darah harus cepat dilakukan. Pada pasien dalam keadaan syok, kondisi ini harus segera diatasi. Jika ada kecurigaan defisiensi faktor koagulasi harus dilakukan pemeriksaan hitung trombosit, masa protrombin dan masa tromboplastin (APTT), sedangkan prosedur diagnosis selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Bila terjadi kehilangan darah yang banyak dan cepat, harus difikirkan pemberian transfusi sel-sel darah merah (packed red cell) disamping penggantian cairan.

Prognosis

    Sembilan puluh persen kasus epsitaksis dapat berhenti sendiri. Pada pasien hipertensi dengan/tanpa arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat, sering kambuh dan prognosisnya buruk

Referensi :

  • Kamus Kedokteran Dorland, Penerbit EGC, Edidi 29, Hal 752
  • Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 3 September 2006, Hal 274-277
  • Sari Pediatri, Vol. 9, No. 2, Agustus 2007, Hal 75-77
  • Kapita selekta Kedokteran, Penerbit Aesculapius FKUI 2001 Edisi III, Jilid 1, Hal 96-98
  • REVIEW : Epistaxis: an update on current management, L E R Pope, C G L Hobbs. available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1743269/

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

New Comments